Surabaya (ANTARA News) - Siswa SMA Kristen Gloria 2 Surabaya, Joan Aldine Agita Limanto, menciptakan puding "Hand sanitizer" atau pembersih tangan sebagai bahan mencuci tangan dari bahan dasar alami, dengan menghemat pemakaian air mencapai 99,03 persen.
"Kelebihan dari puding hand sanitizer ini bisa menghemat pemakaian air mencapai 99,03 persen, jika dibandingkan mencuci tangan dengan air. Bahan dasarnya pun juga terbuat dari bahan alami," kata siswa kelas XI IPA 1 di sekolahnya yang berada di kawasan Pakuwon City, Surabaya, Senin.
Ia mengatakan, puding pembersih tangan itu terbuat dari bahan alami yaitu tepung rumput laut serta serai, dengan perbandingan 50:50 dalam setiap pembuatannya yang memakan waktu sekitar 30 menit.
"Pembuatan puding pembersih tangan ini menggunakan tepung rumput laut, namun jika tidak ditemui bahan dasar tersebut juga bisa diganti dengan agar-agar original yang tidak menggunakan bahan kimia, karena puding ini merupakan puding yang ramah lingkungan," tutur Joan, sapaan akrabnya.
Cara pembuatannya, ia menambahkan tepung rumput laut atau agar-agar original direbus dengan air hingga mendidih, sedangkan serai juga direbus dengan air hingga mendidih dan berubah warna. Setelah keduanya direbus, maka kedua bahan tersebut dicampur, kemudian dicetak.
"Untuk satu puding pembersih tangan dengan ukuran diameter 5 centimeter (cm) dan tinggi 10 milimeter (mm), bisa digunakan untuk membersihkan tangan dari bakteri, meskipun hasilnya masih belum signifikan," ujarnya.
Menurut dia, puding pembersih tangan tersebut memang tidak langsung kering ketika pemakaian seperti pembersih tangan lainnya, karena pembersih lainnya yang diproduksi di suatu perusahaan menggunakan alkohol.
"Ketika pemakaian puding pembersih tangan memang tidak langsung kering, dan harus menunggu sekitar satu menit karena puding ini menggunakan bahan alami, sedangkan pembersih tangan lainnya yang diproduksi massal di perusahaan menggunakan campuran bahan kimia dan alkohol," paparnya.
Puding pembersih tangan itu juga menjuarai kompetisi berskala internasional Global Youth Summit (GYS) yang diselenggarakan oleh Yayasan Hemispheres, pada 13-16 Januari 2016 di Surabaya.
"Dengan menciptakan puding pembersih tangan ini, saya berhasil mengalahkan peserta dari berbagai negara, seperti Myanmar, Filipina, Singapura dan Vietnam dalam kategori senior, yang produknya ramah lingkungan," terangnya.
Sementara itu, Guru Biologi sekaligus pendamping Joan, Kristina Dian menjelaskan bahwa serai mengandung sifat anti septik atau anti bakteri yang dapat menghilangkan mikroorganisme jahat yang berada di dalam tubuh manusia.
"Serai memiliki nama ilmiah cymbopogon citratus yang termasuk dalam keluarga Poaceae ini mengandung sifat anti septik, sehingga dengan menggunakan puding pembersih tangan ini bisa dengan cepat membunuh kuman atau bakteri, meskipun belum signifikan karena tersisa 0,3 persen dari target, belum 100 persen," jelasnya.
Hal itu, lanjutnya sudah dibuktikan melalui uji laboratorium di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, dengan menghasilkan sisa 0,3 persen bakteri yang masih ada dalam puding pembersih tangan tersebut.
"Kemungkinan bisa dari penggunaan serai minimal atau pemilihan serai harus tua untuk menyaring sari serai atau dari tepung rumput laut yang sulit untuk ditemukan, namun penggunaan puding pembersih tangan ini dipastikan aman untuk bayi dan balita," tandasnya.
"Kelebihan dari puding hand sanitizer ini bisa menghemat pemakaian air mencapai 99,03 persen, jika dibandingkan mencuci tangan dengan air. Bahan dasarnya pun juga terbuat dari bahan alami," kata siswa kelas XI IPA 1 di sekolahnya yang berada di kawasan Pakuwon City, Surabaya, Senin.
Ia mengatakan, puding pembersih tangan itu terbuat dari bahan alami yaitu tepung rumput laut serta serai, dengan perbandingan 50:50 dalam setiap pembuatannya yang memakan waktu sekitar 30 menit.
"Pembuatan puding pembersih tangan ini menggunakan tepung rumput laut, namun jika tidak ditemui bahan dasar tersebut juga bisa diganti dengan agar-agar original yang tidak menggunakan bahan kimia, karena puding ini merupakan puding yang ramah lingkungan," tutur Joan, sapaan akrabnya.
Cara pembuatannya, ia menambahkan tepung rumput laut atau agar-agar original direbus dengan air hingga mendidih, sedangkan serai juga direbus dengan air hingga mendidih dan berubah warna. Setelah keduanya direbus, maka kedua bahan tersebut dicampur, kemudian dicetak.
"Untuk satu puding pembersih tangan dengan ukuran diameter 5 centimeter (cm) dan tinggi 10 milimeter (mm), bisa digunakan untuk membersihkan tangan dari bakteri, meskipun hasilnya masih belum signifikan," ujarnya.
Menurut dia, puding pembersih tangan tersebut memang tidak langsung kering ketika pemakaian seperti pembersih tangan lainnya, karena pembersih lainnya yang diproduksi di suatu perusahaan menggunakan alkohol.
"Ketika pemakaian puding pembersih tangan memang tidak langsung kering, dan harus menunggu sekitar satu menit karena puding ini menggunakan bahan alami, sedangkan pembersih tangan lainnya yang diproduksi massal di perusahaan menggunakan campuran bahan kimia dan alkohol," paparnya.
Puding pembersih tangan itu juga menjuarai kompetisi berskala internasional Global Youth Summit (GYS) yang diselenggarakan oleh Yayasan Hemispheres, pada 13-16 Januari 2016 di Surabaya.
"Dengan menciptakan puding pembersih tangan ini, saya berhasil mengalahkan peserta dari berbagai negara, seperti Myanmar, Filipina, Singapura dan Vietnam dalam kategori senior, yang produknya ramah lingkungan," terangnya.
Sementara itu, Guru Biologi sekaligus pendamping Joan, Kristina Dian menjelaskan bahwa serai mengandung sifat anti septik atau anti bakteri yang dapat menghilangkan mikroorganisme jahat yang berada di dalam tubuh manusia.
"Serai memiliki nama ilmiah cymbopogon citratus yang termasuk dalam keluarga Poaceae ini mengandung sifat anti septik, sehingga dengan menggunakan puding pembersih tangan ini bisa dengan cepat membunuh kuman atau bakteri, meskipun belum signifikan karena tersisa 0,3 persen dari target, belum 100 persen," jelasnya.
Hal itu, lanjutnya sudah dibuktikan melalui uji laboratorium di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, dengan menghasilkan sisa 0,3 persen bakteri yang masih ada dalam puding pembersih tangan tersebut.
"Kemungkinan bisa dari penggunaan serai minimal atau pemilihan serai harus tua untuk menyaring sari serai atau dari tepung rumput laut yang sulit untuk ditemukan, namun penggunaan puding pembersih tangan ini dipastikan aman untuk bayi dan balita," tandasnya.
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 comments:
Post a Comment