... biji karet sebagai bahan baku pembuatan jajanan yang disukai oleh masyarakat."
Bandarlampung (ANTARA News) - Sebanyak lima mahasiswa Universitas Lampung (Unila) mengembangkan inovasi baru mengolah biji karet menjadi jajanan kerupuk yang nikmat sekaligus bernilai ekonomi tinggi.
Menurut kelima mahasiswa tersebut, Eka Prianti dan Zupika Audina dari Jurusan Agribisnis, Carta Wijaya dan Rizal Gata Kusuma dari Jurusan Teknik Geofisika, dan Sartika dari Jurusan Kehutanan, di Bandarlampung, bahwa karya mereka diharapkan menambah kaya khazanah kuliner bumi Lampung.
Hasil inovasi tersebut telah diikutsertakan dalam kompetisi Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian pada Masyarakat di Desa Adi Luhur, Kecamatan Pancajaya, Kabupaten Mesuji, Lampung.
Desa Adiluhur merupakan salah satu desa di Kabupaten Mesuji yang mempunyai potensi biji karet yang melimpah lantaran sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani karet.
Biji karet atau klatak di Desa Adi Luhur semula menjadi sampah dan membutuhkan biaya penanganan, namun kini atas gagasan dan usaha dari tim mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) Unila itu dapat diubah menjadi produk kerupuk yang bernilai ekonomi tinggi.
"Keluaran dari program ini adalah tercipta usaha mandiri dan menguntungkan di sektor industri rumah yang mengacu pada bidang ekonomi dengan memanfaaatkan biji karet sebagai bahan baku pembuatan jajanan yang disukai oleh masyarakat," ujar Eka Prianti.
Selain itu, ia menimpali, "Menyerap tenaga kerja serta meningkatkan karya kreativitas inovatif masyarakat dalam rangka bereksperimen dan menemukan hasil karya yang bermanfaat dan tepat guna."
"Usaha ini merupakan terobosan penting karena dapat menjadi salah satu solusi bagi petani karet untuk meningkatkan taraf hidupnya, mengingat harga getah karet yang kian hari semakin menurun." ujarnya.
Mahasiswi angkatan 2012 yang merupakan ketua kelompok PKM itu juga menjelaskan bahwa program pengabdian kepada masyarakat Desa Adi Luhur itu telah mencapai hasil 80 persen dari target, yaitu tercipta home industry yang berkelanjutan.
Masyarakat, khususnya anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Adi Luhur, telah mendapatkan pelatihan pembuatan produk kerupuk dengan inovasi rasa yang enak dan bentuk yang baik, sehingga layak jual.
Selain itu, masyarakat juga mendapatkan pelatihan pengemasan, pelabelan dan strategi pemasaran.
Kelompok KWT diberikan investasi awal berupa mesin segel kemasan, timbangan maupun alat pemotong kerupuk, plastik kemasan, label serta bahan-bahan pembuatan kerupuk untuk modal awal produksi.
Guna pencapaian target selanjutnya, ia mengemukakan, kini sudah terbentuk dua sentra produksi kerupuk biji karet di Desa Adi Luhur yaitu KWT Melati dan KWT Mawar.
Kerupuk biji karet itu dapat dibeli seharga Rp10.000 per kemasan 150 gram dengan berbagai varian rasa.
Produk kerupuk biji karet telah mengikuti berbagai perlombaan dan pameran serta telah terjual di berbagai tempat, seperti warung, toko, dan telah menerima pemesanan dari masyarakat umum maupun Pemkab Mesuji.
Program Pengabdian masyarakat yang dimotori oleh mahasiswa unila ini telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, di antaranya Kepala Desa Adiluhur, Ketua PKK Desa Adi Luhur, BP3K (Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Peternakan dan Kehutanan) Kecamatan Pancajaya, Dinas Koperindag serta pemerintahan daerah setempat dan juga dukungan dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung.
Bupati Mesuji, Khamamik, juga berharap kerupuk biji karet itu dapat berkembang dan menjadi produk oleh-oleh khas Mesuji yang disukai oleh masyarakat luas.
Menurut kelima mahasiswa tersebut, Eka Prianti dan Zupika Audina dari Jurusan Agribisnis, Carta Wijaya dan Rizal Gata Kusuma dari Jurusan Teknik Geofisika, dan Sartika dari Jurusan Kehutanan, di Bandarlampung, bahwa karya mereka diharapkan menambah kaya khazanah kuliner bumi Lampung.
Hasil inovasi tersebut telah diikutsertakan dalam kompetisi Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian pada Masyarakat di Desa Adi Luhur, Kecamatan Pancajaya, Kabupaten Mesuji, Lampung.
Desa Adiluhur merupakan salah satu desa di Kabupaten Mesuji yang mempunyai potensi biji karet yang melimpah lantaran sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani karet.
Biji karet atau klatak di Desa Adi Luhur semula menjadi sampah dan membutuhkan biaya penanganan, namun kini atas gagasan dan usaha dari tim mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) Unila itu dapat diubah menjadi produk kerupuk yang bernilai ekonomi tinggi.
"Keluaran dari program ini adalah tercipta usaha mandiri dan menguntungkan di sektor industri rumah yang mengacu pada bidang ekonomi dengan memanfaaatkan biji karet sebagai bahan baku pembuatan jajanan yang disukai oleh masyarakat," ujar Eka Prianti.
Selain itu, ia menimpali, "Menyerap tenaga kerja serta meningkatkan karya kreativitas inovatif masyarakat dalam rangka bereksperimen dan menemukan hasil karya yang bermanfaat dan tepat guna."
"Usaha ini merupakan terobosan penting karena dapat menjadi salah satu solusi bagi petani karet untuk meningkatkan taraf hidupnya, mengingat harga getah karet yang kian hari semakin menurun." ujarnya.
Mahasiswi angkatan 2012 yang merupakan ketua kelompok PKM itu juga menjelaskan bahwa program pengabdian kepada masyarakat Desa Adi Luhur itu telah mencapai hasil 80 persen dari target, yaitu tercipta home industry yang berkelanjutan.
Masyarakat, khususnya anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Adi Luhur, telah mendapatkan pelatihan pembuatan produk kerupuk dengan inovasi rasa yang enak dan bentuk yang baik, sehingga layak jual.
Selain itu, masyarakat juga mendapatkan pelatihan pengemasan, pelabelan dan strategi pemasaran.
Kelompok KWT diberikan investasi awal berupa mesin segel kemasan, timbangan maupun alat pemotong kerupuk, plastik kemasan, label serta bahan-bahan pembuatan kerupuk untuk modal awal produksi.
Guna pencapaian target selanjutnya, ia mengemukakan, kini sudah terbentuk dua sentra produksi kerupuk biji karet di Desa Adi Luhur yaitu KWT Melati dan KWT Mawar.
Kerupuk biji karet itu dapat dibeli seharga Rp10.000 per kemasan 150 gram dengan berbagai varian rasa.
Produk kerupuk biji karet telah mengikuti berbagai perlombaan dan pameran serta telah terjual di berbagai tempat, seperti warung, toko, dan telah menerima pemesanan dari masyarakat umum maupun Pemkab Mesuji.
Program Pengabdian masyarakat yang dimotori oleh mahasiswa unila ini telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, di antaranya Kepala Desa Adiluhur, Ketua PKK Desa Adi Luhur, BP3K (Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Peternakan dan Kehutanan) Kecamatan Pancajaya, Dinas Koperindag serta pemerintahan daerah setempat dan juga dukungan dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung.
Bupati Mesuji, Khamamik, juga berharap kerupuk biji karet itu dapat berkembang dan menjadi produk oleh-oleh khas Mesuji yang disukai oleh masyarakat luas.
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 comments:
Post a Comment