Semarang (ANTARA News) - Lima mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Fisika Universitas Diponegoro Semarang berhasil menciptakan pembangkit listrik dengan memanfaatkan perubahan tenaga panas dari pembakaran sampah.
"Sistem kerja pembangkit listrik ini intinya panas hasil pembakaran sampah kami konversi menjadi energi listrik dengan menggunakan konverter energi," kata Ketua Tim Penelitian Muhammad Alfin Assyidiq di Semarang, Kamis.
Alfin menjelaskan, konverter energi yang dia gunakan adalah thermo elektrik. Alat tersebut mampu menghasilkan listrik apabila ada perbedaan panas di kedua sisinya.
"Untuk menciptakan perbedaan suhu kami memasang heatsink di atas pembakaran. Alat itu membuat bagian atas dingin sementara bawah masih panas. Semakin besar perbedaan panas semakin tinggi tegangan yang dihasilkan," katanya.
Saat ini Alfin dan tim masih melakukan pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan tegangan listrik yang dihasilkan.
"Dari hasil uji coba, pembangkit listrik yang kami buat baru menghasilkan tegangan lima volt, ke depannya kami akan coba memakai pendingin sirkulasi air di gedung supaya hasil perubahan panasnya lebih besar," katanya.
Dia mengatakan, proses pembuatan pembangkit listrik tenaga sampah dilakukan selama tiga bulan sejak Mei hingga Juli 2016. Penemuan tersebut merupakan hasil dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang telah lolos untuk didanai Dikti tahun ini.
"Dikti mengeluarkan dana untuk PKM kami di bulan Maret 2016 sebesar 70 persen dari biaya total. Kemudian sisanya akan diberikan di akhir tahun," katanya.
Sementara itu Alfin menjelaskan, dia tertarik untuk membuat pembangkit listrik karena latar belakangnya sebagai mahasiswa teknik elektro konsentrasi konversi energi. Selain itu, dia juga ingin hasil penelitiannya bermanfaat bagi masyarakat.
"Tujuan awalnya kami ingin menciptakan alat pembangkit listrik rumah tangga sederhana untuk memenuhi kebutuhan di desa yang dapat disimpan dalam bentuk baterai," katanya.
Alfin menjelaskan, konverter energi yang dia gunakan adalah thermo elektrik. Alat tersebut mampu menghasilkan listrik apabila ada perbedaan panas di kedua sisinya.
"Untuk menciptakan perbedaan suhu kami memasang heatsink di atas pembakaran. Alat itu membuat bagian atas dingin sementara bawah masih panas. Semakin besar perbedaan panas semakin tinggi tegangan yang dihasilkan," katanya.
Saat ini Alfin dan tim masih melakukan pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan tegangan listrik yang dihasilkan.
"Dari hasil uji coba, pembangkit listrik yang kami buat baru menghasilkan tegangan lima volt, ke depannya kami akan coba memakai pendingin sirkulasi air di gedung supaya hasil perubahan panasnya lebih besar," katanya.
Dia mengatakan, proses pembuatan pembangkit listrik tenaga sampah dilakukan selama tiga bulan sejak Mei hingga Juli 2016. Penemuan tersebut merupakan hasil dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang telah lolos untuk didanai Dikti tahun ini.
"Dikti mengeluarkan dana untuk PKM kami di bulan Maret 2016 sebesar 70 persen dari biaya total. Kemudian sisanya akan diberikan di akhir tahun," katanya.
Sementara itu Alfin menjelaskan, dia tertarik untuk membuat pembangkit listrik karena latar belakangnya sebagai mahasiswa teknik elektro konsentrasi konversi energi. Selain itu, dia juga ingin hasil penelitiannya bermanfaat bagi masyarakat.
"Tujuan awalnya kami ingin menciptakan alat pembangkit listrik rumah tangga sederhana untuk memenuhi kebutuhan di desa yang dapat disimpan dalam bentuk baterai," katanya.
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 comments:
Post a Comment