Tentu saja kami ingin alat ini dipatenkan atau ada orang yang dapat membiayai penelitian lebih lanjut, untuk biaya pembuatan sepeda listrik ini kami menghabiskan dana lebih kurang Rp5.500.000."
Padang (ANTARA News) - Tiga mahasiswa Program Studi Teknik Listrik, Politeknik Negeri Padang (PNP), Sumatera Barat, menciptakan sepeda listrik tenaga surya.
"Sepeda ini dirancang untuk memudahkan sarana transportasi, namun tidak merusak lingkungan akibat polusi seperti yang disebabkan oleh kendaraan bermotor, jadi sepeda ini sangat ramah lingkungan," kata Ketua tim, Azhari Alriza di Padang, Jumat.
Sepeda listrik tersebut memanfaatkan tenaga matahari sebagai pasokan daya listrik, yang akan ditampung oleh panel surya kemudian disimpan oleh baterai atau aki, untuk mengatur pengisian arus ke baterai tersebut dipakai Solar Charge Controller yang akan berfungsi supaya baterai tidak kelebihan arus dan untuk monitoring temperatur baterai.
Desainnya yaitu pada bagian belakang atau boncengan diletakkan panel surya berukuran panjang 125 centi meter dan lebar 80 centi meter, batang sepeda diletakkan motor, bagian depan dipasang charge controller agar dapat dilihat langsung bagaimana status baterai.
Azhari menjelaskan, ketika berkendara siang hari dengan sepeda listrik ini maka baterai akan dicas secara otomatis, dan ketika malam hari akan menggunakan cadangan energi yang sudah terisi siang hari.
Pada dasarnya cara kerja dari sepeda listrik tersebut adalah panel surya sebagai penangkap energi disimpan oleh baterai yang dikontrol Solar Charge Controller kemudian baru digunakan sebagai catu daya untuk menghidupkan motor arus searah 24 Volt.
Proses berjalannya sepeda motor yang dikontrol dengan Pulse Width Modulation (PWM) akan dipasang di stang untuk mengatur kecepatan sepeda agar pengendara dapat menyesuaikan kecepatan yang diinginkan.
"Dari motor arus searah tersebut diatur dengan PWM yang akan mengontrol kecepatan sepeda ketika sudah berjalan," tambahnya.
Lebih lanjut, Azhari beserta rekannya berharap karya yang mereka buat ini dapat dipatenkan sehingga jerih payahnya dapat dihargai.
"Tentu saja kami ingin alat ini dipatenkan atau ada orang yang dapat membiayai penelitian lebih lanjut, untuk biaya pembuatan sepeda listrik ini kami menghabiskan dana lebih kurang Rp5.500.000," tambahnya.
Sementara itu, salah seorang dosen Program Studi Teknik Listrik, Tri Artono, mengatakan untuk dapat mematenkan karya yang dibuat oleh mahasiswa harus melalui beberapa proses, seperti apakah alat tersebut merupakan teknologi tepat guna atau bukan, dan dari segi biaya serta fungsi juga harus diperhatikan.
Ia juga berharap akan ada investor yang datang dan melihat karya-karya mahasiswa PNP sehingga karya tersebut tidak berhenti saja saat mereka tamat kuliah.
"Selama ini kami sudah mencoba untuk mendapatkan hak paten dan pendanaan penelitian lebih lanjut, namun belum ada yang tembus, kami akan berusaha lebih baik lagi untuk mengoptimalkan penemuan dan karya dari mahasiswa kami," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 comments:
Post a Comment