Jakarta (ANTARA) - Indonesia siap mengembangkan model pesawat terbang bertenaga listrik yang kini penelitiannya sedang dan terus dilakukan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam keterangan diterima di Jakarta Rabu, mengatakan pengembangan pesawat terbang bertenaga listrik bakal memicu penurunan harga tiket pesawat. Menhub Budi menyampaikannya ketika menjadi pembicara kunci dalam monthly meeting yang digelar Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI) dan peluncuran edisi perdana majalah Air Power Magz.

"Kegiatan penelitian yang mengembangkan pesawat udara bertenaga listrik sedang dan terus dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya dapat menurunkan emisi C02, biaya operasional dan biaya lebih rendah, sehingga berdampak pada penurunan harga tiket," tutur Menhub. Ia menyampaikan Indonesia sebagai negara kepulauan tentunya industri penerbangannya memiliki peran yang utama dalam membangun konektivitas sebagai transportasi utama pergerakan orang.

Selain itu, industri penerbangan juga merupakan penggerak nadi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Untuk itu, industri penerbangan di Indonesia perlu dan terus melakukan berbagai terobosan dan inovasi. "Seiring dengan perkembangan dan tantangan yang dihadapi, industri penerbangan perlu melakukan berbagai terobosan dan inovasi termasuk, mengembangkan teknologi yang efektif, efisien dan ramah lingkungan," ucapnya.

Dalam kesempatan FGD yang bertema, "Peluncuran Air Power Magz dan Indonesia Menyongsong Electrical Aircraft" itu turut hadir Ketua PSAPI Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim, Dirjen Perhubungan Udara, President Director IPTN North America Danet Suryatama, Research and Development PSAPI Tommy T Andoko dan Systems Manager PSAPI Rachmat Kartakusuma.

Baca juga: Denso dan Honeywell akan produksi pesawat listrik untuk taksi udara

Baca juga: Honda Aircraft kirim HondaJet Elite ke China
 Turut hadir juga, Kepala BASARNAS Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi, Kepala Badan Litbang Kemenhub, Sekretaris Jenderal Kemenhub, Kepala Pusat Litbang Transportasi Udara.

Kendaraan listrik sebetulnya sudah mulai digunakan pada 1900-an, dengan Baker Electric sebagai salah satu produsen yang mengkomersialisasikan, akan tetapi kemudian tergantikan oleh mesin bakar. Pada saat ini, kendaraan listrik kembali mulai populer yang sejatinya merupakan pengembangan teknologi lama tersebut, di mana saat ini teknologi untuk baterai dan motor listrik telah berkembang sangat jauh.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto menyebutkan kendaraan darat mulai menggunakan tenaga listrik, baik mobil, kendaraan besar (bus) sepeda, sekuter, dan sepeda motor listrik, termasuk pesawat terbang yang diharapkan kemudian beralih seluruhnya menggunakan kendaraan berbasis listrik. Dia menyebutkan, pesawat udara bertenaga listrik yang telah dikembangkan saat ini, masih menggunakan baterai berukuran besar sehingga berdampak pada berat pesawat udara lebih berat dibandingkan pesawat udara menggunakan mesin berbahan bakar fosil (konvensional).

Teknologi baterai yang berkembang saat ini belum mampu digunakan untuk penerbangan dengan jarak tempuh jauh dengan waktu terbang lama. Teknologi baterai yang digunakan saat ini belum dapat digunakan untuk menghasilkan kecepatan setara dengan pesawat udara yang menggunakan bahan bakar fosil (konvensional).

Baca juga: Pesawat listrik komersial pertama di dunia lepas landas dari Kanada

Baca juga: Pesawat bertenaga listrik pertama Australia mulai lepas landas
 Sementara, Chief Engineer dari ElektrikCar LLC Danet Suryatama PhD mengatakan bahwa untuk elektrifikasi sebuah kendaraan baik itu pesawat terbang maupun mobil, tidak harus menggunakan baterai sepenuhnya, tetapi bisa dikombinasikan menggunakan hidrogen.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia, Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim secara resmi meluncurkan majalah elektronik Air Power Magz, sebuah majalah kedirgantaraan dan militer Marsekal TNI (Purn) Chappy mengatakan untuk mendapatkan majalah tersebut dapat diakses melalui akun Instagram @psapi.id, yang menjadi tautan untuk mengunduh majalah tersebut.

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Chandra Hamdani Noor
COPYRIGHT © ANTARA 2021