Jakarta (ANTARA News) - Tiga mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) menciptakan tongkat elektronik dengan sistem radar dan GPS bagi penyandang Tuna Netra.
"Pembuatan tongkat ini didasarkan atas keterbatasan tongkat konvensional, dimana sudut dan jarak jangkauan hanya terbatas pada satu sudut tertentu saja dengan jangkauan hanya sepanjang tongkatnya. Demikian pula pada sisi jarak dan sudut pendeteksian objek penghalang sangat terbatas. Lebih lanjut, ketika penyandang tuna netra memasuki wilayah baru, maka ia akan kesulitan untuk kembali pulang dan dapat tersesat," kata salah satu pencipta, Suharsono Halim melalui siaran pers yang diterima Antara, Senin.
Dibandingkan dengan tongkat konvensional, Tongkat elektronik ini memiliki keunggulan dapat memetakan objek pada lebih dari satu sudut yaitu sisi depan, sisi kanan dan kiri pengguna tanpa harus meraba-raba.
Alat ini juga mampu mengirimkan titik koordinat posisi pengguna kepada kerabat sehingga penyandang tuna netra tidak perlu khawatir tersesat.
Suharsono bersama temannya Finna Handafiah dan Ria Aprilliyani berharap mampu memberikan solusi atas kendala yang dialami para penyandang tuna netra dan dapat meningkatkan mobilitas pengguna.
Tongkat elektronik karya Harso dan tim merupakan perangkat mekanik yang berfungsi sebagai alat bantu bagi penyandang tuna netra yang cepat dan aman.
Tongkat dengan berat lebih kurang 1,5 kg dan panjang 1 meter ini telah melalui tahap eksperimen serta pengujian kenyamanan dan keamanan dengan sistem yang ergonomis secara langsung kepada penyandang tuna netra.
Tongkat elektrik memiliki cara kerja hampir sama dengan tongkat pada umumnya namun dilengkapi tambahan konsep radar, fitur Global Positioning System (GPS) serta sebuah rompi.
Sistem radar diperoleh dari tiga buah sensor jarak berbasis ultrasonik dan sebuah motor servo yang mampu memetakan objek penghalang disekitar penyandang tunanetra dengan jarak jangkauan maksimal 3 meter serta sudut jangkauan 1800.
Dengan adanya radar ini maka penyandang tuna netra seakan dapat melihat keadaan sekitar yang diinformasikan dalam bentuk getaran motor pada rompinya dimana semakin dekat dengan objek penghalang, maka getaran motor di rompi tersebut akan semakin tinggi.
Sedangkan fitur GPS memungkinkan penyandang Tuna Netra mengabarkan keberadaannya kepada sanak saudara/kerabat melalui titik koordinat yang dihasilkan oleh fitur GPS tersebut.
Dengan menekan tombol darurat pada tongkat, alat ini akan mengirimkan posisinya kepada kerabat melalui jaringan GSM dalam format sms yang dapat dibaca melalui aplikasi yang juga telah dirancang oleh Suharsono dan tim.
Suharsono berharap ide dari pembuatan tongkat ini dapat dikembangkan dan diimplementasikan bagi penyandang tuna netra. Sehingga dapat memberikan kemudahan serta meningkatkan mobilitas pengguna seperti layaknya masyarakat pada umumnya.
"Pembuatan tongkat ini didasarkan atas keterbatasan tongkat konvensional, dimana sudut dan jarak jangkauan hanya terbatas pada satu sudut tertentu saja dengan jangkauan hanya sepanjang tongkatnya. Demikian pula pada sisi jarak dan sudut pendeteksian objek penghalang sangat terbatas. Lebih lanjut, ketika penyandang tuna netra memasuki wilayah baru, maka ia akan kesulitan untuk kembali pulang dan dapat tersesat," kata salah satu pencipta, Suharsono Halim melalui siaran pers yang diterima Antara, Senin.
Dibandingkan dengan tongkat konvensional, Tongkat elektronik ini memiliki keunggulan dapat memetakan objek pada lebih dari satu sudut yaitu sisi depan, sisi kanan dan kiri pengguna tanpa harus meraba-raba.
Alat ini juga mampu mengirimkan titik koordinat posisi pengguna kepada kerabat sehingga penyandang tuna netra tidak perlu khawatir tersesat.
Suharsono bersama temannya Finna Handafiah dan Ria Aprilliyani berharap mampu memberikan solusi atas kendala yang dialami para penyandang tuna netra dan dapat meningkatkan mobilitas pengguna.
Tongkat elektronik karya Harso dan tim merupakan perangkat mekanik yang berfungsi sebagai alat bantu bagi penyandang tuna netra yang cepat dan aman.
Tongkat dengan berat lebih kurang 1,5 kg dan panjang 1 meter ini telah melalui tahap eksperimen serta pengujian kenyamanan dan keamanan dengan sistem yang ergonomis secara langsung kepada penyandang tuna netra.
Tongkat elektrik memiliki cara kerja hampir sama dengan tongkat pada umumnya namun dilengkapi tambahan konsep radar, fitur Global Positioning System (GPS) serta sebuah rompi.
Sistem radar diperoleh dari tiga buah sensor jarak berbasis ultrasonik dan sebuah motor servo yang mampu memetakan objek penghalang disekitar penyandang tunanetra dengan jarak jangkauan maksimal 3 meter serta sudut jangkauan 1800.
Dengan adanya radar ini maka penyandang tuna netra seakan dapat melihat keadaan sekitar yang diinformasikan dalam bentuk getaran motor pada rompinya dimana semakin dekat dengan objek penghalang, maka getaran motor di rompi tersebut akan semakin tinggi.
Sedangkan fitur GPS memungkinkan penyandang Tuna Netra mengabarkan keberadaannya kepada sanak saudara/kerabat melalui titik koordinat yang dihasilkan oleh fitur GPS tersebut.
Dengan menekan tombol darurat pada tongkat, alat ini akan mengirimkan posisinya kepada kerabat melalui jaringan GSM dalam format sms yang dapat dibaca melalui aplikasi yang juga telah dirancang oleh Suharsono dan tim.
Suharsono berharap ide dari pembuatan tongkat ini dapat dikembangkan dan diimplementasikan bagi penyandang tuna netra. Sehingga dapat memberikan kemudahan serta meningkatkan mobilitas pengguna seperti layaknya masyarakat pada umumnya.
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 comments:
Post a Comment