Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian bersama Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pembangunan (United Nations Development Programme/UNDP) mengajak kepada seluruh pihak di Indonesia agar bisa saling bersinergi melakukan tindakan dalam mengurangi polusi plastik. 
“Oleh karena itu, penanganan sampah plastik ini merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah, swasta, dan masyarakat,” catat Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Menurut Ngakan, secara garis besar dapat dilakukan melalui tiga cara dalam upaya menekan sampah plastik, yaitu meminimalisir penggunaan produk berbahan plastik sekali pakai, menggunakan material alternatif yang lebih mudah terurai, dan melakukan daur ulang sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomi.
“Untuk mengurangi sampah kantong plastik, sebenarnya penggunaan plastik urai hayati (biodegradable plastic) bisa menjadi salah satu solusi. Namun itu belum begitu popular di kalangan non-retail, karena harganya dianggap masih relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan plastik konvensional,” ungkapnya.
Kendati demikian, lanjut Ngakan, tidak hanya teknologi biodegradable plastik saja yang menjanjikan perubahan pola konsumsi plastik di masyarakat, namun juga kemasan siap makan (edible coating) mulai berkembang digunakan.
“Kemasan tersebut sifat materialnya seperti plastik dan berfungsi seperti plastik yang lazim digunakan pada industri makanan,” paparnya. 
Bahan edible coating ini biasanya dari material nabati seperti tapioka yang dipastikan lebih ramah lingkungan, dan tentunya bisa dimakan (edible).
Ngakan meyakini bahwa akan lebih banyak teknologi di masa depan yang dapat membantu memecahkan masalah plastik, namun demikian memasukkan plastik ke dalam circular economymerupakan salah satu solusi tercepat saat ini. 
“Contoh sederhana peran masyarakat dalam circular economy tersebut adalah dengan membawa kemasan sisa produk atau produk yang tidak terpakai ke dalam collecting point,” jelasnya.
Ngakan juga menyebutkan, salah satu merek kosmetika ternama bahkan memberikan reward berupa poin kepada konsumen yang mengembalikan kemasan kosmetik bekas pakai. 
Poin tersebut yang bisa ditukarkan dalam rupiah yang bisa dibelanjakan kembali untuk produk-produk dari merk tersebut.
Inisiasi lainnya adalah pengurangan sedotan plastik yang sedang digalakkan franchise restoran cepat saji terkenal di Indonesia. 
Gerakan tersebut malah menciptakan peluang baru, yakni pembuatan sedotan yang bisa dipakai berkali-kali, yang ternyata juga melahirkan kreativitas. 
“Sekarang sudah ada yang menjual sedotan berbahan logam atau bambu, bahkan desainnya banyak yang unik,” ungkap Ngakan.
Senior Programme Manager UNDP Indonesia, Anton Sri Probiyantono menyampaikan, risiko yang ditimbulkan polusi plastik terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia telah mendorong masyarakat internasional untuk bertindak melalui gerakan global "Beat Plastic Pollution" dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni.
“Kami ingin mendorong semua orang untuk mulai melakukan sesuatu yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelamatkan lingkungan hidup,” ujarnya.
Teddy Caster Sianturi, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup (Puslitbang IHLH) Kemenperin menambahkan, plastik merupakan hasil revolusi industri yang memegang peranan penting dalam merevolusi hidup manusia. 
“Plastik berperan dalam segala bidang mulai dari otomotif, elektronika, pangan, dan masih banyak lagi,” ujarnya menambahkan.
Oleh karena itu, kata Teddy, salah jika mengatakan “bye bye plastic”, karena yang diperlukan adalah bagaimana memanajemen sampah plastik.
“Membakar plastik adalah tindakan yang salah. Pembakaran plastik malah bisa menimbulkan senyawa dioksin dan furan yang sangat berbahaya bagi kesehatan,” jelasnya.
Guna berkontribusi terhadap tujuan menekan polusi plastik, Kemenperin dan UNDP mengadakan acara khusus melalui pameran fotografi dan pameran instalasi seni berbahan sampah plastik, workshop mewarnai tas belanja berbahan kain, lomba memilah sampah, serta pemutaran film dokumenter tentang pembangunan berkelanjutan. 
Kegiatan ini diharapkan dapat membidik para generasi muda Indonesia agar perhatian terhadap isu pembangunan lingkungan hidup.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan, pihaknya berkomitmen mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, salah satunya melalui produsen biodegradable plastic untuk meningkatkan produksinya. 
Upaya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pelestarian lingkungan hidup.
“Kalau bisa, dalam waktu dua tahun ini, produknya 10 kali lipat makin banyak. Jadi, tidak hanya menggantikan untuk shopping bag tetapi juga packaging secara keseluruhan, dan tidak hanya di pasar modern tetapi juga tradisional,” tuturnya.

Untuk itu, Menperin memacu peningkatan produksi biodegradable plastic hingga lima persen dari jumlah kapasitas nasional saat ini sebesar 200 ribu ton per tahun untuk menggantikan plastik konvensional yang tidak ramah lingkungan. 

“Sementara itu, konsumsi plastik di Indonesia mencapai lima juta ton per tahun, dan baru 50 persen yang bisa dipenuhi dari industri dalam negeri,” ungkapnya.

Terlebih lagi, Pemerintah Indonesia tengah gencar mendorong konsep ekonomi sirkular dengan prinsip yang dikenal sebagai 5R. Prinsip ini antara lain dilakukan melalui reduce atau pengurangan pemakaian material mentah dari alam.
Selain itu, juga melalui prinsip reuse atau optimasi penggunaan material yang dapat digunakan kembali, daur ulang (recycle), perolehan kembali (recovery), dan perbaikan (repair). Melalui prinsip-prinsip tersebut ekstraksi material mentah dari alam jauh lebih efektif dan efisien. Selain itu limbah juga dapat dikurangi.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2018