Jakarta (ANTARA News) - Sudah saatnya Indonesia juga mulai memanfaatkan teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) untuk Maritime Suveillance dalam memantau kegiatan ilegal di laut seperti illegal fishing, human trafficking, penyelundupan narkoba dan lain sebagainya.
"Penggunaan UAV dalam menunjang sistem pengawasan dan pengamanan laut saat ini sudah menjadi sebuah keniscayaan negara-negara maju, sudah saatnya Indonesia juga mulai memanfaatkan teknologi UAV untuk Maritime Suveillance dalam memantau kegiatan ilegal di laut seperti illegal fishing, human trafficking dan penyelundupan narkoba," kata Direktur Eksekutif Indonesia Maritim Institute (IMI) Y Paonganan di IPB, Bogor, Jabar, Rabu (1/3).
Sebagai orang yang tidak kenal lelah dalam pembuatan Drone di tanah air, Doktor Yulian Paonganan, alumni IPB itu akan melakukan berbagai kegiatan sosialisasi mengenai teknologi UAV. Salah satunya adalah memberikan kuliah umum di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dalam keterangan persnya, Paonganan atau Ongen ini menjadi dosen tamu untuk mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB. Dalam kuliah umumnya tersebut Ongen memberikan materi tentang "Pemanfaatan Teknologi UAV untuk Pengawasan Laut (Maritime Surveillance)".
Ongen adalah salah seorang pencipta UAV atau Drone buatan dalam negeri. Ongen adalah pencipta UAV Amphibi OS-Wifanusa yang sudah mengantongi sertifikat kelaikan udara militer dari IMAA (Indonesian Milatary Airwhortiness Association) Kemenhan. Drone tersebut satu-satunya di dunia sebagai Amphibious UAV.
Dalam kesempatan tersebut, Ongen memberi semangat dan mendorong mahasiswa untuk terus berinovasi dan berkarya untuk kemajuan bangsa dan negara khususnya dalam bidang ilmu dan teknologi kelautan. "Penguasaan Ilmu teknologi adalah ciri negara maju. Saatnya mahasiswa sekarang untuk berkembang dengan terus belajar ilmu teknologi," tandas Ongen.
Di tempat yang sama, Ketua Jurusan Ilmu Kelautan IPB, Dr I Wayan Nurjaya, mengapresiasi kuliah umum tersebut dan berharap mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan terus meningkatkan pengetahuan dengan teknologi yang berguna untuk melakukan dunia kelautan termasuk teknologi UAV yang saat ini semakin maju.
"Penggunaan UAV dalam menunjang sistem pengawasan dan pengamanan laut saat ini sudah menjadi sebuah keniscayaan negara-negara maju, sudah saatnya Indonesia juga mulai memanfaatkan teknologi UAV untuk Maritime Suveillance dalam memantau kegiatan ilegal di laut seperti illegal fishing, human trafficking dan penyelundupan narkoba," kata Direktur Eksekutif Indonesia Maritim Institute (IMI) Y Paonganan di IPB, Bogor, Jabar, Rabu (1/3).
Sebagai orang yang tidak kenal lelah dalam pembuatan Drone di tanah air, Doktor Yulian Paonganan, alumni IPB itu akan melakukan berbagai kegiatan sosialisasi mengenai teknologi UAV. Salah satunya adalah memberikan kuliah umum di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dalam keterangan persnya, Paonganan atau Ongen ini menjadi dosen tamu untuk mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB. Dalam kuliah umumnya tersebut Ongen memberikan materi tentang "Pemanfaatan Teknologi UAV untuk Pengawasan Laut (Maritime Surveillance)".
Ongen adalah salah seorang pencipta UAV atau Drone buatan dalam negeri. Ongen adalah pencipta UAV Amphibi OS-Wifanusa yang sudah mengantongi sertifikat kelaikan udara militer dari IMAA (Indonesian Milatary Airwhortiness Association) Kemenhan. Drone tersebut satu-satunya di dunia sebagai Amphibious UAV.
Dalam kesempatan tersebut, Ongen memberi semangat dan mendorong mahasiswa untuk terus berinovasi dan berkarya untuk kemajuan bangsa dan negara khususnya dalam bidang ilmu dan teknologi kelautan. "Penguasaan Ilmu teknologi adalah ciri negara maju. Saatnya mahasiswa sekarang untuk berkembang dengan terus belajar ilmu teknologi," tandas Ongen.
Di tempat yang sama, Ketua Jurusan Ilmu Kelautan IPB, Dr I Wayan Nurjaya, mengapresiasi kuliah umum tersebut dan berharap mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan terus meningkatkan pengetahuan dengan teknologi yang berguna untuk melakukan dunia kelautan termasuk teknologi UAV yang saat ini semakin maju.
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2017
0 comments:
Post a Comment